Tetapi perlu digarisbawahi, demokrasi juga punya aturan main berikutnya yang seringkali luput dari perhatian kita.

Dengan kata lain, tidak ada yang salah apabila ada ormas-ormas atau tokoh keagamaan mengkampanyekan ideologinya dalam memilih seorang pemimpin politik. Dalam perspektif politik, kita tidak bisa membatasi seseorang untuk memilih pemimpinnya, termasuk atas dasar sentimen keagamaan atau dalam hal ini keyakinan seseorang terhadap kita sucinya. Kembali ke kasus pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Pembatasan terhadap opini pribadi justru melawan khithah demokrasi yang sebenarnya, yaitu menujunjung adanya kebabasan berpendapat. Tidak mungkin menghalangi keputusan politik seseorang untuk memilih pemimpinnya sesuai dengan perspektifnya masing-masing. Politik adalah naluri, persepsi, dan intuisi personal. Menurut saya, argumen ini ada benarnya, tetapi, sangat mustahil untuk dilakukan. Dalam konteks ini tidak mungkin kita memilih pemimpin yang berbeda untuk setiap agama yang berbeda” Sebab, dalam demokrasi, kita itu memilih pemimpin pemerintahan bukan pemimpin keagamaan. Bahkan di negara yang menjadi kiblat demokrasi sekalipun seperti Amerika, sentimen dan ideologi keagamaan seringkali menjadi komoditas penting untuk mendapatkan simpati dan dukungan publik.īanyak yang mengatakan bahwa “Seharusnya agama dipisahkan dengan politik. Itulah yang terjadi di Turki, India, Srilangka, Malaysia dan berbagai negara di Timur Tengah. Itu kenapa, di banyak negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi sekalipun, perspektif religi tidak bisa dipisahkan dari proses demokrasi. Selagi dilakukan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, ideologi apapun tetap bisa diterima dalam sistem demokrasi.īagaimana dengan agama? Dalam perspektif demokrasi, agama adalah salah satu ideologi. Penjabarannya, demokrasi tidak mengenal batas ideologi. Pemaknaan demokrasi itu pada dasarnya sederhana, salah satu poinnya yaitu kebebasan menyampaikan pendapat.

Akibatnya, disatu sisi demokrasi didewakan, tapi disini lain demokrasi dilawan sehingga malah memicu perpecahan.

Betapa banyak orang yang masih buta dengan hakikat berdemokrasi. Pertama, kita harus akui bahwa masyarakat Indonesia masih rapuh secara kebangsaan. Terdapat beberapa pelajaran berharga yang harus jadi renungan bagi seluruh rakyat Indonesia terutama para pemimpin dan wakil rakyat. Terlepas dari segala pro dan kontra yang menghiasi media massa Indonesia selama beberapa waktu terakhir. Demontrasi 4 November di Jakarta baru saja usai.

Shreddage 3 abyss torrent